BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Sunday, October 11, 2009

Bahasa Arab: Kunci Ilmu-Ilmu Islam


Bahasa Arab: Kunci Ilmu-Ilmu Islam

1.KEMULIAAN BAHASA ARAB

Sesungguhnya bahasa Arab merupakan bahasa yang dipilih oleh Allah untuk agama ini. Tidak ada seorang cerdik pun yang meragukan jikalau peranan bahasa Arab bagi ilmu-ilmu Islam itu sebagaimana peranan lisan bagi segenap anggota badan. Bahkan, tidaklah keterlaluan jika di katakan bahawa sesungguhnya kedudukan bahasa Arab itu ibarat jantung bagi tubuh manusia.
Kemuliaan bahasa Arab dirakamkan di dalam al-Quran menerusi Surah Yusuf yang bermaksud:

"Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur'an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya." (QS. Yusuf : 2)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan,"Hal ini adalah kerana bahasa Arab merupakan bahasa yang paling fasih, bahasa yang paling luas cakupannya, dan bahasa yang paling banyak menyentuh berbagai makna yang dirasakan di dalam jiwa. Oleh sebab itulah kitab yang paling mulia ini diturunkan dengan bahasa yang paling mulia pula…"

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,"Sesungguhnya tatkala Allah menurunkan kitab-Nya dengan bahasa Arab, Allah mengangkat Rasul-Nya sebagai penyampai Al Kitab dan Al Hikmah dari-Nya melalui lisan beliau yang berbahasa Arab, Allah menjadikan orang-orang yang terdahulu membela agama ini dalam keadaan bertutur kata dengan bahasa itu."

HUKUM MEMPELAJARINYA
Syaikhul Islam mengatakan: "Dan sesungguhnya bahasa Arab itu sebahagian dari agama dan hukum mempelajarinya adalah wajib, kerana memahami Al-Kitab dan As-Sunnah itu wajib dan keduanya tidaklah akan dapat difahami kecuali dengan memahami bahasa Arab.

KEDUDUKAN ILMU NAHU
Ilmu Nahu adalah ilmu yang sangat penting. Ini kerana segala bidang ilmu syari'at pasti memerlukannya. Oleh sebab itu para penuntut ilmu sudah semestinya bersungguh-sungguh dalam memahami kaedah bahasa Arab dan berusaha untuk tidak terjatuh dalam kekeliruan dalam penuturan kata bahasa Arab. Khalifah Rasyid 'Umar bin Khaththab radhiyallahu'anhu menulis surat untuk Abu Musa Al Asy'ari yang isinya mengatakan,"Amma ba'du. Dalamilah ilmu As Sunnah. Pelajarilah ilmu bahasa Arab. I'rablah Al Qur'an, sebab ia itu berbahasa Arab." Beliau pun berpesan,"Pelajarilah bahasa Arab karena sesungguhnya ia adalah bagian penting dari agama kalian. Pelajarilah ilmu waris, karena ia juga bagian penting dari agama kalian."
Al Ashma'i rahimahullah mengatakan,"Sesungguhnya perkara yang paling aku khuatirkan menimpa penuntut ilmu tatkala dia tidak faham Nahu maka dia akan tergolong di dalam kelompok orang yang disabdakan oleh Rasul s.a.w :

"Barangsiapa yang sengaja berdusta atas namaku maka hendaknya dia mempersiapkan tempat duduknya di dalam neraka." (HR. Bukhari [108] dan Muslim [1/10])

Maka tidaklah menghairankan apabila Imam Syafi'i rahimahullah mengatakan tentang keagungan ilmu Nahu ini,

Beliau juga pernah mengatakan,
"Tidaklah ada sebuah pertanyaan masalah hukum yang dilontarkan kepadaku melainkan aku boleh menjawabnya dengan bantuan kaedah ilmu Nahu. Beliau menegaskan bahwa ilmu Nahu adalah jambatan untuk memahami ajaran syari'at.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al 'Utsaimin rahimahullah mengatakan, "Sesungguhnya ilmu Nahu adalah ilmu yang mulia. Sebuah ilmu perantaraan kepada dua hal yang sangat penting;

Pertama : jambatan untuk memahami Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.

Kedua : membenarkan ucapan menurut kaedah bahasa Arab, dengan bahasa inilah Kalamullah 'Azza wa jalla diturunkan.

Oleh sebab itu pemahaman ilmu Nahu adalah perkara yang sangat penting. Meskipun untuk memahami Nahu memang pada awalnya terasa sukar, namun pada akhirnya akan terasa mudah. Ada sebagian orang yang membuat perumpamaan tentang ilmu Nahu ibarat sebuah rumah yang dibina dari buluh namun pintunya dibuat dari besi. Maksudnya, rumah itu sukat untuk dimasuki, namun jika sudah dimasuki maka segala sesuatu akan menjadi mudah.

MENJAGA KEIKHLASAN

Syaikh Muhammad bin Shalih Al 'Utsaimin rahimahullah pernah ditanya : Dengan cara apakah dapat diperoleh keikhlasan dalam menuntut ilmu ? Beliau menjawab : Ikhlas dalam menuntut ilmu itu boleh dicapai dengan beberapa hal :

Pertama : Dalam belajar engkau berniat demi melaksanakan perintah Allah.

Kedua : Dalam belajar engkau berniat demi menjaga syari'at Allah. Kerana penjagaan syari'at Allah itu hanya boleh dilakukan dengan mempelajari dan menghafalnya di dalam dada

Ketiga : Dalam belajar engkau berniat untuk melindungi syari'at dan membelanya. Kerana seandainya tidak ada ulama nescaya syari'at tidak akan terjaga. Dan tidak ada seorang pun yang menjadi pembelanya

Keempat : Dengan belajar itu engkau berniat mengikuti syari'at Muhammad s.w.t. Kerana engkau tidak boleh mengikuti syari'at baginda kecuali apabila engkau sudah mengetahui isi syari'at ini.

Kelima : Dengan belajar engkau berniat menghilangkan kebodohan yang ada padamu dan orang lain

BELAJAR DENGAN SABAR

Syaikh Shalih bin Abdul 'Aziz Alu Syaikh menasihatkan,"Dalam menuntut ilmu ada dasar-dasar ilmu yang harus dipelajari. Ilmu itu juga bertingkat-tingkat. Barangsiapa yang tidak menuntut ilmu sesuai dengan tingkatan-tingkatannya serta tidak memulainya dengan ilmu-ilmu yang dasar-dasar, maka sesungguhnya dia tidak akan dapat meraih hasilnya dengan baik. Perkara ini sering sekali diingatkan supaya ia tertanam kuat di dalam hati para penuntut dan pecinta ilmu, bahawa sesungguhnya ilmu itu seharusnya dituntut sedikit demi sedikit dan berjalan terus beriringan dengan perjalanan waktu siang dan malam.

Sebagaimana kata Ibn Syihab Az Zuhri, "Barangsiapa yang menginginkan segudang ilmu secara sekaligus maka nescaya ilmu itu akan hilang darinya juga secara tiba-tiba. Kerana sesungguhnya ilmu harus ditimba (sedikit demi sedikit) seiring dengan perjalanan waktu siang dan malam."

1 comments:

AnisMuslimah said...

Bahasa Arab bahasa Al-Quran dan bahasa syurga.. tak semestinya yang ambil bidang agama, kena belajar agama jer..yang ambil bidang lain tak semestinya tak perlu belajar bahasa Arab... Ilmu tu luas, tuntutlah ilmu hingga ke liang lahad..